motor-bakar
Materi kuliah Motor Bakar oleh Dr. Eng. Nurkholis Hamidi, ST., M.Eng tentang jenis-jenis motor bakar, prinsip kerja, perhitungan efisiensi siklus dan perbandingan efisiensi siklus dari jenis-jenis motor bakar:
Mesin Kalor:
1. Mesin Pembakaran Luar (Mesin Uap):
- Macam bahan bakar yang bisa digunakan lebih banyak
- Mesin uap lebih bebas getaran
- Turbin uap lebih praktis untuk daya tinggi, misal > 2000 PS
2. Mesin Pembakaran Dalam (Motor Bakar Torak):
- Mesin lebih sederhana, kompak, ringan
- Temperatur seluruh bagian mesin lebih rendah
- Lebih efisien
Energi Kimia -> Energi Panas -> Power
Motor Bakar Daya:
Automobiles
Power Generation
Submarines
Diesel Locomotive
Power Generation
Submarines
Diesel Locomotive
Motor Bakar:
1. Motor bakar 4 langkah (four strokes engine)
-> Setiap satu siklus kerja memerlukan 4 kali langkah kerja, 2 putaran poros engkol.
2. Motor bakar 2 langkah (two strokes engine)
Setiap satu siklus kerja memerlukan 2 kali langkah kerja, 1 kali putaran poros engkol. Motor bakar 2 langkah tidak mempunyai katup isap maupun katup buang, dan digantikan oleh dua lubang yaitu lubang buang dan lubang isap.
Siklus Ideal Motor Bakar:
– Jenis Motor Bakar :
- Motor Bensin (Spark Ignition Engine)
- Motor Diesel (Compression Ignition Engine)
– Siklus Udara pada Motor Bakar :
- Siklus udara volume-konstan (siklus Otto)
- Siklus udara tekanan-konstan (siklus Diesel)
- Siklus udara tekanan terbatas (siklus Gabungan)
Siklus Ideal Otto
- Fluida kerja dianggap gas ideal
- Langkah isap (0 → 1) merupakan proses tekanan konstan.
- Langkah kompresi (1 → 2) merupakan proses isentropik
- Proses pembakanan pada volume konstan (2 → 3) adalah proses pemasukan kalor.
- Langkah kerja (3 → 4) merupakan proses isentropik
- Langkah pembuangan (4 → 1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.
- Langkah buang (1 → 0) terjadi pada tekanan konstan
Thermal efficiency of the Otto cycle:
We see that increasing the compression ratio increases the thermal efficiency. However, there is a limit on r depending upon the fuel. Fuels under high temperature resulting from high compression ratios will prematurely ignite, causing knock.
Siklus Ideal Diesel (Tekanan Konstan)
- Fluida kerja dianggap gas ideal
- Langkah isap (0 → 1) merupakan proses tekanan konstan.
- Langkah kompresi (1 → 2) merupakan proses isentropik
- Proses pembakanan pada tekanan konstan (2 → 3) adalah proses pemasukan kalor.
- Langkah kerja (3 → 4) merupakan proses isentropik
- Langkah pembuangan (4 → 1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.
- Langkah buang (1 → 0) terjadi pada tekanan konstan
Thermal efficiency of the Diesel cycle
Siklus Tekanan Terbatas:
- Fluida kerja dianggap gas ideal
- Langkah isap (0 → 1) merupakan proses tekanan konstan.
- Langkah kompresi (1 → 2) merupakan proses isentropik
- Proses pemasukan kalor pada volume konstan (2 → 3).
- Proses pemasukan kalor pada tekanan konstan (3 → 3a)
- Langkah kerja (3a → 4) merupakan proses isentropik
- Langkah pembuangan (4 → 1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.
- Langkah buang (1 → 0) terjadi pada tekanan konstan
Untuk jumlah pemasukan kalor sama dan perbandingan kompresi sama
ηvolume-konstan > ηtekanan-terbatas > ηtekanan-konstan
Untuk jumlah pemasukan kalor sama dan tekanan maksimum yang sama
ηtekanan-konstan > ηtekanan-terbatas > ηvolume-konstan
The compression ratio r of an engine is the ratio of the maximum volume to the minimum volume formed in the cylinder.
The mean effective pressure (MEP) is a fictitious pressure that, if it operated on the piston during the entire power stroke, would produce the same amount of net work as that produced during the actual cycle.